• God's other way

     




               
    “Cita-citamu apa?” Tanya seorang guru di salah satu sekolah Taman Kanak-kanak kepada murid-muridnya, sebagian besar dari mereka akan menjawab dengan lantang dan percaya diri, meski beberapa ada yang menjawab dengan ragu dan malu-malu.

    Seperti mayoritas anak-anak di kelas itu, bocah perempuan berkuncir dua yang duduk di pojokan  pun juga menjawab dengan percaya diri, ketika sampai pada gilirannya ia menarik nafas dan berkata
                “saya ingin menjadi dokter bu” dengan semangat dan senyum yang merekah di bibirnya,
                “hmm... baguus sekali, apa alasanmu? “ tanya guru itu
               “karena saya ingin membantu sesama di jalan Allah bu. “ jawabnya, entah mengapa dari beribu alasan yang ada, untuk memiliki cita-cita menjadi dokter, ia hanya memilih satu kalimat sederhana yang memiliki makna yang dalam.

    Pun ketika melewati sebuah Universitas Kedokteran ternama, ayahnya selalu berkata “Nak, gedung itu nanti akan menjadi tempat kuliahmu, Universitasmu “. Dan kata sederhana yang disampaikan oleh ayahnya itu tanpa disadari  telah memupuk harapan, semangat, dan juga cita-cita besar di lubuk hatinya.

    Waktu cepat berlalu, hingga akhirnya masa kelulusanpun tiba, sudah sejak satu tahun yang lalu bocah perempuan yang mulai menginjak masa remaja ini menyiapkan segalanya untuk masuk Perguruan Tinggi Negri impiannya, prestasinya dalam akademik selama ini membuatnya lebih yakin dan percaya diri tuk mengikuti ujian seleksi bersama ini, ditambah lagi bakat-bakat yang ia miliki sangatlah mendukung .

    Dan memang hanya Allah-lah sebaik-baik perencana, dua bulan telah berlalu, hiruk pikuk suasana ujian masuk PTN di tanah airpun mulai mereda, satu persatu pengumuman bermunculan, tetapi tak satupun dari penumuman tersebut yang mencantumkan namanya. Sedih – Terpuruk – dan Bingung .

    Ia sempat menanyakan keadilan Allah, kemanakah perginya doa-doanya selama ini , “apakah Engkau tak mendengarku ya Allah?” tanyanya merintih, ia merasa usaha yang selama ini telah ia lakukan tak dihargai olehNya. Keringatnya dan rasa kantuknya yang selalu ia tahan selama ini serasa tak berbalas sebanding dengan hasil yang ia harapkan, ia tetap menggerutu, shalat tahajjud yang ia biasanya lakukan setiap malam, sudah tidak pernah ia kerjakan lagi, puasa sunnah yang biasanya rutin ia laksanakan sudah tak pernah lagi menemani hari-harinya, jiwa yang sebelumnya hampir terpenuhi oleh iman di dalamnya ini lama kelamaan lebih banyak tergerogoti oleh nafsu dan amarah. Hingga sampailah ia pada satu titik kejenuhan dan kehampaan.

    Keterpurukan itu pernah membuatnya berputus asa lantas menyalahkan RabbNya sang Maha Segalanya, sebelum kehampaan jiwa itu membuat hatinya mati, Allah mengirimkan hidayah kepadanya hingga akhirnya ia mau menyadari bahwa itu adalah kesalah besar yang pernah ia perbuat, ia hampir saja kehilangan mutiara hati yang selalu tersemat di hati setiap mu’min.

    Dan akhirnya ia memilih tuk kembali, kembali mempercayakan cita dan harapannya kepada Allah lagi, Ia memohon dengan do’a yang sama lagi. 

    Allah adalah Sang Penguasa seluruh alam, pengayom dan juga pengampun, sehingga ketika kita benar-benar menyerahkan segalanya  dan bertawakkal kepadaNya, ia akan selalu memberikan hasil yang terbaik. 
    Dan sekarang si kecil perempuan yang dulu berkuncir dua itu sedang berdiri diatas tanah yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya, pernah ada perasaan terlintas untuk ingin, tetapi ia menepisnya karena  terasa mustahil tuk dilampaui. Tanah hangat yang telah menjadi saksi pejuangan Al-Fatih membuktikan kebenaran janji Allah, si saksi bisu kejayaan islam di masanya. Sembari Menikmati alunan musik dengan hangat indahnya pemandangan daun-daun kecoklatan yang berguguran, sebuah nikmat Allah yang tak pantas tuk didustakan, merasakan manis pahitnya menunutut ilmu di negri orang adalah suatu keberkahan dariNya yang luar biasa.

    Dear, 
    Diatas tadi hanyalah sekedar cerita, yang aku yakin kalianpun pasti pernah merasakan kekecewaan yang sama meski dengan cara yang berbeda. Cobalah tuk introspeksi dan memahami, sesungguhnya Doamu telah dikabulkan, bukan benar-benar berbentuk bulat dan berwarna hijau seperti yang kau inginkan, tetapi bisa jadi berbentuk bulat tetapi berwarna merah, atau bisa jadi berwarna hijau seperti yang kau harapkan dengan bentuk sedikit oval, bisa juga Allah tidak memberikan yang berbentuk bulat dan hijau karena menurutNya yang berbentuk segitiga dan berwarna emas lebih cocok untukmu, 

    Ketahuilah kekecewaanmu sesungguhnya adalah awal uji cintamu padaNYa, seberapa besar rasa percayamu terhadap janji-janjiNya. Jika dititik itu kamu memutuskan untuk tidak kembali padanya, sesungguhnya kamu tidak akan pernah mengetahui bahwa do’amu sedang di proses. Allah bukannya tidak mengabulkan do'amu, tetapi kamu yang belum berhasil mempercayai janjiNya, Ia tidak memberikan kepada hamba-hambanya sesuatu yang sia-sia, Ia akan selalu memberikan segalanya yang kita butuhkan,  Jangan pernah beranggapan bahwa rencanamu adalah yang paling sempurna, karena sebaik-baik perencana hanyalah Allah semata, Allah telah menyiapkan hadiah-hadiah terindah bagi hamba-hambanya yang memutuskan tuk selalu mencintaiNya.

    Jadi syukuri apa yang ada, sadari bahwa banyak diantara manusia-manusia lain yang ingin berada di posisimu, dari kehangatan keluarga dan persahabatan, hingga sesuap nasi yang kau genggam, rasakan bahwa begitu banyak nikmat Allah yang telah dicurahkan untukmu. Selanjutnya, perbaiki niat. Jika harapanmu semata-mata hanya untuk dunia saja, sudah pasti urusan akhirat akan tertinggal, sedangkan esensi kehidupan manusia adalah untuk kembali kepadaNya. Dunia hanyalah ladang sementara, maka gunakanlah waktu sementaramu ini dengan sebaik-baiknya, tanamlah benih-benih kebajikan dimanapun kalian berada, hingga di masa mendatang kau dapat menuai hasilnya, lalu menikmatinya di Alam dunia maupun Alam akhirat.

    Wallahua’lam bishawab.


    Rize, 12 Desember 2018.
       
        Dina Falah

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog