• Manusia

     


    Dulu, aku memutuskan tuk jadi manusia karena aku tau, begitu banyak kesempatan manusia tuk jadi yang termulia di sisi Rabb-ku.

    Dulu, aku sangat percaya diri dengan rintangan-rintangan yang kan kuhadapi hari ini. Aku percaya aku bisa melewatinya hingga sampai kepada kebahagiaan abadi bersama cintaku Allah. 

    Meski aku sadar, untuk mendapat cinta abadiNya pasti ada rintangan. Tapi dulu, aku sudah menduga bahwa hari ini aku pasti akan sadar dunia itu hanya sekejap saja. Ujian-ujian yang terlihat nyata ini hanyalah salah satu bentuk kekuasaanya, yang dapat merubah hal tak berarti bagai debu terlihat mewah dan menawan; begitupun merubah yang mewah dan indahnya abadi terlihat semu juga tak nyata. 

    Wahai diri di masa depan. 

    Kuharap kau sedang tersenyum ketika melihat rekaman hidup, lalu membaca surat yang kutulis ini. Bagaimana atas impian gila yang pernah kita ukir bersama? apakah sudah terlihat nyata? bagaimana tidak gila jika impian kita adalah Syurga Firdaus.

    Apakah masih terasa peluh dan resah yang kurasakan hari ini disana? tawa dan ejekan dari mereka yang menganggap bahwa kita gila memimpikannya apakah masih terdengar disana? 

    Apa respon Maha cinta dan kekasihnya ketika kau bersaksi di hadapan mereka bahwa kamu mencintai mereka? 

    Kemudahan dan kesulitan itu, bagai pagi dan malam... ketika malam semakin pekat, gelap dan sepi, maka ia semakin dekat dengan waktu fajar. Semakin sulit cobaan Allah, maka ia semakin dekat dengan pertolongan Allah, dan itu adalah waktu terbaik untuk memohon pertolongan Allah. 

    duhai diri, hanya kau yang mampu tentukan seberapa tinggi mendaki.. pilihlah.. mau berpayah-payah untuk kembali atau pilih nyaman lalu tertinggal di bumi (Teh qoonit)

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog